Bank Sulselbar dan 4 BPD asal Jawa Raih Peringkat Di Atas idA versi Pefindo

Bank Sulselbar.

BANK Sulselbar bersama dengan tiga BPD beraset jumbo asal Pulau Jawa berada pada jajaran Bank Pembangunan Daerah yang meraih peringkat di atas idA yang sebagian besar diperoleh BPD di Indonesia.

Merujuk pada pemeringkatan dari PT Pefindo, BPD yang mendapatkan peringkat idAA- adalah BJB, Bank DKI dan Bank Jateng, kemudian satu tingkat di bawah nya yakni peringkat idA+ diraih oleh Bank Sulselbar dan Bank Jatim.

Praktis, hanya lima BPD yang mampu memposisikan diri sebagai bank daerah dengan prospek stabil di Indonesia, sedangkan BPD lainnya masih berjibaku pada peringkat idA ke bawah.

Pada sisi lain, keberhasilan Bank Sulselbar itu menjadi satu-satunya BPD dari kelompok bank BUKU II yang bisa sejajar dengan performanasi BPD kelompok BUKU III yakni BJB, Bank DKI, Bank Jateng dan Bank Jatim yang memiliki aset di atas Rp5 triliun.

Khusus Bank Sulselbar sendiri, peringkat idA+ yang disematkan untuk perseroan itu berlaku pula untuk Obligasi Berkelanjutan I/2016, Obligasi Berkelanjutan II/2018 serta Sukuk Mudharabah II/2016.

Analis Pefindo, Hendro Utomo dan Hasnalia Hanifah, menyampaikan pihaknya mengafirmasi peringkat idA+ untuk BSSB karena memiliki kemampuan yang kuat dalam memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, dengan prospek 'stabil'.

Menurut Hendro dan Hasnalia, tanda tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan, kendati kemampuan Bank Sulselbar mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.

Pefindo menyebut, peringkat idA+ mencerminkan pasar captive Bank Sulselbar, yang ditopang dengan kualitas aset yang sangat baik serta permodalan bank yang sangat kuat. Meski peringkat tersebut dibatasi oleh sumber pendanaan yang terkonsentrasi dari pemerintah daerah dan institusi, dan semakin ketatnya kompetisi di segmen kredit produktif.

"Peringkat tersebut dapat dinaikkan jika Bank Sulselbar mampu meningkatkan posisi usaha dan struktur pendanaan secara signifikan dan berkelanjutan, dengan tetap menjaga kinerja keuangan yang sangat kuat," papar keduanya dalam laporan.

Pada paruh pertama 2019 ini, Bank Sulselbar mencatatkan aset sebesar Rp25,3 triliun, dengan pendapatan bunga bersih mencapai Rp623,6 miliar serta perolehan laba bersih Rp255,7 miliar. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per Juni 2019 tercatat sebesar Rp18,02 triliun, sedangkan fungsi intermediasi mencapai Rp16,85 triliun dengan kualitas pinjaman yang terjaga di level 1,4%.

Sebagai informasi, 31,2% saham Bank Sulselbar dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, kemudian 3,6% oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan sisanya 65,1% oleh 29 Pemerintah Kota/Kabupaten di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Adapun peringkat idA+ dari Pefindo ini berlaku secara efektif mulai 2 Oktober 2019 hingga 1 Oktober 2020, sekaligus menjaga konsistensi peringkat idA+ Bank Sulselbar yang mulai melekat sejak Februari 2016 silam dan berlanjut rilis peringkat anyar di 2019 ini.

Pada kesempatan berbeda, Pemimpin Group Corporate Secretary Bank Sulselbar Rahkmat Nur Kadir mengemukakan pemeringkatan dari Pefindo itu mencerminkan kesiapan dan kualitas perseroan dalam berbagai aspek tidak hanya terbatas untuk menguatkan prospek surat utang BPD.

"Pemeringkatan anyar dari Pefindo ini sebagai landasan kami juga untuk melanjutkan emisi obligasi berkelanujutan yang diharapkan bisa terealisasi kuartal II/2020 mendatang," tuturnya, Minggu (6/10/2019).

Dia mengemukakan, pemeringkatan yang dilakukan oleh Pefindo mengacu pada Laporan Keuangan Bank Sulselbar per Juni 2019 yang telah diaudit, di mana seluruh rasio kinerja memenuhi aspek untuk peringkat idA+ dengan prospek 'stabil'.

Bagikan

Related Stories