Komunitas
Anda Mudah Bosan? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
MAKASSARINSIGHT.com - Perasaan bosan atau yang kerap disebut “gabut” menjadi keluhan umum, terutama di tengah rutinitas harian yang padat namun terasa hampa.
Meski sering dianggap sepele, psikologi memandang rasa bosan sebagai kondisi emosional yang kompleks dan berkaitan erat dengan cara kerja otak, kepribadian, hingga kondisi mental seseorang.
Para ahli psikologi menyebut, bosan bukan sekadar tidak ada kegiatan, melainkan sinyal bahwa otak tidak mendapatkan stimulasi atau makna yang cukup dari aktivitas yang dijalani.
Baca Juga:
- Ini Sejarah dan Makna Pohon Natal
- Indeks Kebahagiaan Vietnam Terus Meningkat, RI Bagaimana??
- Malam Natal Aman, Munafri Tegaskan Makassar Kota Toleran
Mengapa Seseorang Mudah Merasa Bosan?
Berdasarkan berbagai kajian psikologi, terdapat sejumlah faktor utama yang memicu rasa bosan. Salah satunya adalah kurangnya tantangan. Aktivitas yang terlalu mudah, monoton, dan berulang, seperti pekerjaan rutin atau kebiasaan menggulir media sosial tanpa tujuan membuat otak kehilangan rangsangan.
Faktor lain adalah kurangnya keterlibatan emosional. Seseorang cenderung cepat bosan ketika melakukan sesuatu hanya karena kewajiban, bukan karena minat atau tujuan pribadi. Aktivitas yang tidak terasa bermakna akan sulit memberikan kepuasan psikologis.
Selain itu, gangguan perhatian juga berperan besar. Kebiasaan multitasking dan konsumsi konten instan berdurasi pendek dinilai melemahkan kemampuan fokus. Akibatnya, seseorang menjadi sulit menikmati satu aktivitas secara utuh dan mudah merasa jenuh.
Psikologi juga mencatat adanya faktor kepribadian. Individu dengan kecenderungan high boredom proneness membutuhkan variasi dan stimulasi baru lebih sering dibandingkan orang lain.
Di sisi lain, rasa bosan juga dapat muncul sebagai bentuk penghindaran emosional, misalnya saat seseorang sedang cemas, tertekan, atau menghindari masalah tertentu.
Cara Mengatasi Rasa Gabut
Psikolog menyarankan sejumlah pendekatan praktis untuk mengelola rasa bosan. Salah satunya adalah menciptakan “tantangan mikro” dalam rutinitas sehari-hari.
Perubahan kecil seperti mencoba resep baru, memilih rute perjalanan berbeda, atau mempelajari satu keterampilan sederhana setiap hari dapat membantu mengaktifkan kembali rasa ingin tahu otak.
Strategi lain adalah melakukan keterlibatan mendalam (deep engagement). Dengan memfokuskan perhatian penuh pada satu aktivitas, misalnya membaca tanpa gangguan ponsel atau mengerjakan tugas secara terstruktur otak dilatih untuk merasakan kepuasan yang lebih mendalam.
Psikologi juga mengenal konsep flow state, yakni kondisi ketika tingkat tantangan seimbang dengan kemampuan. Dalam kondisi ini, seseorang merasa larut, fokus, dan waktu terasa berlalu lebih cepat. Aktivitas seperti olahraga, proyek kreatif, atau pemecahan masalah yang sesuai kemampuan sering kali memicu kondisi tersebut.
Baca Juga:
- Munafri Arifuddin Hadiri Orientasi DPD II Golkar Makassar, Tegaskan Soliditas dan Kesiapan Kader
- Gebrakan Akhir Tahun, Drum Corps Makassar Juara Umum World Class di JDCI 2025
- Ibu Inspiratif: Farwiza Farhan, Aktivis Lingkungan dari Aceh Pendiri HAkA
Menghubungkan aktivitas sehari-hari dengan tujuan yang bermakna juga dinilai efektif. Aktivitas sederhana seperti membersihkan rumah dapat dipandang sebagai upaya menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan sehat, sehingga memberi nilai emosional tambahan.
Menariknya, sebagian ahli justru menyarankan untuk menjadwalkan waktu “gabut” secara sadar. Dengan membiarkan diri bosan tanpa distraksi, otak memiliki ruang untuk memunculkan ide baru dan refleksi diri.
Meski umum dialami, rasa bosan yang berlangsung lama dan disertai perasaan hampa, lesu, atau kehilangan motivasi patut diwaspadai. Kondisi tersebut bisa menjadi tanda burnout atau gangguan kesehatan mental seperti depresi. Dalam situasi demikian, disarankan untuk berbicara dengan orang terpercaya atau mencari bantuan profesional.
Dalam pandangan psikologi, bosan bukanlah musuh, melainkan pesan dari pikiran bahwa seseorang membutuhkan perubahan, tantangan, atau makna yang lebih dalam dalam hidupnya. Dengan memahami penyebabnya dan merespons secara tepat, rasa “gabut” justru dapat menjadi pintu masuk menuju kehidupan yang lebih sadar, seimbang, dan bermakna.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 26 Dec 2025
