Ekonomi & Bisnis
Aktivitas Logistik Sulsel Kacau Pasca Pembatasan Solar, Pertamina MOR VII Berkelit
PT Pertamina MOR VII Sulawesi cenderung tak ingin dipersalahkan atas terjadinya gangguan pada aktivitas logistik Sulsel yang terpicu kelangkaan dan pembatasan solar bersubsidi pada SPBU.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR VII Sulawesi Hatim Ilwan mengatakan bahwa pihaknya berada pada posisi sebagai penyalur BBM yang dilakukan seusai dengan jumlah maksimal harian atau Daily Objective Throughput (DOT).
"Tapi tidak ada instruksi pembatasan dari Pertamina ke SPBU. Mungkin kebijakan di masing-masing SPBU melakukan pembatasan untuk menjaga stok tetap tersedia merata ke masyarakat," katanya kepada wartawan, Jumat (1/11/2019) sore.
Dia mengakui, bahwa saat ini konsumsi solar di Sulawesi Selatan sudah melebihi kuota. "Data per September, konsumsi solar khusus di Sulsel sudah over 17 persen dari kuota tahun 2019," jelas Hatim.
Kuota 2019 sendiri dikurangi sekitar 10 persen dari tahun 2018, sementara tren realisasi solar tiap tahunnya meningkat 3-5%. "Seperti diketahui, realisasi solar di Sulsel pada 2018 di angka 456.596 Kiloliter (KL) dan untuk kuota pada 2019 di angka 411.436 KL," ujarnya.
Sebelumnya, aktivitas logistik mengalami kekacauan sesuai yang diafirmasi Ketua ALFI Sulselbar Syaifuddin Saharudi yang menyatakan kondisi itu terjadi karena belum juga ada solusi rill pasca surat edaran BPH Migas.
"Antrian dan penjatahan bbm tetap terjadi. sehingga berdampak pada arus distribusi logistik yang terhambat dan melambat," katanya.
Dia mengemukakan, posisi dilematis yang di alami sudah hampir 1 bulan ini, mengakibatkan multiplier effect yang sangat luas yakni hambatan kelancaran arus distribusi, infasi dan retasi kendaraan yang tidak optimal karena lebih banyak antri isi bbm dari pada operasional.
Kemudian efek selanjutnya, kata Ipho, terjadi penumpukan barang di pelabuhan, resiko pengusaha angkutanketidakmapuan membayar menyelesaikan kewajiban utama karena retase angkutan yg menurun.
"Seharus nya pertamina ada solusi terbaik kondisi seperti ini, kelangkaan BBM solar subsidi dan kelancaran arus distribusi untuk kebutuhan masarakat menjadi tanggung jawab bersama. Juga harus ada jalan keluar karena jika ini berlarut larut, solusi terakhir hanya menyesuaikan tarif angkutan, karena BBM ini kebutuhan utama angkutan," tegasnya.