Kamis, 24 November 2022 17:12 WIB
Penulis:Isman Wahyudi
Editor:Isman Wahyudi
ANKARA-Jet tempur siluman yang dibangun Turkiye dan dikenal sebagai TF-X untuk pertama kalinya menampakkan diri. Prototipe jet tempur tempur yang sedang dibangun oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) itu muncul dalam sebuah video yang dirilis pada 23 November 2023.
Dalam video terlihat TF-X mulai terbentuk dengan sebagian besar badan pesawat dan sayap telah disatukan. Mesin kembar jelas masih belum ada. Demikian juga dengan sirip ekor miring ke luar dan stabilisator horizontal.
Sementara meski kanopi terlihat terpasang, terlihat kokpit itu sendiri belum menerima avionik dan kursi lontarnya. Sebuah plakat yang menempel di tulang belakang jet mengungkapkan bahwa video itu diambil pada 21 November selama kunjungan anggota kementerian pertahanan Turki, badan industri pertahanan, dan Angkatan Udara Turkiye ke fasilitas produksi
Meskipun sedikit lebih kecil dari F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika, TF-X lebih besar dari F-35 Joint Strike Fighter. Pesawat akan memiliki panjang keseluruhan 60 kaki dan lebar sayap 39 kaki.
Laporan menunjukkan bahwa prototipe dijadwalkan akan diluncurkan pada 18 Maret 2023. Ini terlihat ambisius. Setidaknya jika pesawat akan diluncurkan dalam bentuk yang sudah benar-benar lengkap.
Secara keseluruhan, timeline untuk TF-X agak tergelincir. Ketika mock-up ukuran penuh ditampilkan di Paris Air Show pada tahun 2019, Presiden dan CEO TAI Temel Kotil mengatakan, bahwa penerbagnan pertama pesawat dijadwalkan akan dilakukan pada tahun 2025. Sementara produksi pertama akan dikirim mulai awal 2028.
Kini penerbangan perdananya dilaporkan dijadwalkan berlangsung pada 2025 atau 2026 dan produksi pertama harus mulai dikirim ke Angkatan Udara Turki pada awal 2030-an.
Program TF-X awalnya diluncurkan pada Desember 2010. Sejak awal, pesawat dibangun dengan kemampuan siluman, avionik canggih, dan kinerja tingkat tinggi. Dalam hal siluman, diperkirakan TF-X tidak akan berada di liga yang sama dengan F-22 atau F-35.
Pekerjaan desain konseptual pada pesawat baru dilakukan antara 2011 dan 2013, yang mengarah ke fase pengembangan skala penuh yang dimulai pada 2016. Namun ketika TF-X mulai bergerak, permintaan Angkatan Udara Turkiye untuk pesawat tempur generasi kelima kurang mendesak.
Ini karena Ankara menjadi mitra Level 3 dalam program Joint Strike Fighter. Dan saat itu Turkiye berencana untuk memperoleh setidaknya 100 F-35A. Selain itu juga akan membeli lebih banyak varian F-35B untuk digunakan Angkatan Laut.
Namun keadaan berubah cepat ketika Turkiye dikeluarkan dari program Joint Strike Fighter pada 2019. Efek dari keputuan Ankara yang menolak membatalkan pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Hilangnya F-35 dari rencana membuat program TF-X akhirnya menjadi sangat penting. Tetapi juga membawa tantangan lain. Turkiye memilih keluarga General Electric F110 untuk memberi daya pada pesawat tempur. Tetapi gangguan dalam hubungan Amerika-Turkiye membuat rencana itu menjadi sulit dijalankan. Baru-baru ini hubungan tersebut telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, termasuk pembicaraan tentang potensi penjualan F-16.
Opsi mesin lainnya dapat mencakup Rolls-Royce. Turkiye awalnya menolak mesin ini karena memilih General Electric untuk TF-X. Namun ada juga ketegangan antara Turki dan Inggris terkait transfer teknologi sensitif dan hak kekayaan intelektual.
Pada masa lalu Turki juga memiliki kemungkinan untuk mendapatkan mesin dari Rusia. Tetapi perang di Ukraina, sanksi terkait, dan pengucilan Moskow oleh komunitas internasional membuat prospeknya juga suram.
Peluang lain bagi Turkiye adalah mendapatkan mesin dari China. Tetapi mesin buatan negara ini masih terhitung baru hingga sejumlah pertanyaan tentang kualitasnya tetap ada.
Akhirnya, harapan lebih besar diberikan pada mesin yang diproduksi di dalam negeri. Sesuatu yang sebelumnya telah diusulkan untuk TF-X. Tetapi jika menggunakan mesin buatan sendiri maka sangat sulit untuk tersedia sebelum 2038. Jika tidak ada perang, Turkiye terbuka untuk bekerjasama dengan Ukraina membangun mesin. Langkah yang telah dilakukan untuk menyediakan mesin bagi drone buatan Baykar.
Semua realitas ini telah menyebabkan pemikiran ulang tentang bagaimana Angkatan Udara Turkiye akan tetap mengandalkan sekitar 240 F-16C/D Fighting Falcons yang membentuk sebagian besar armada tempur.
Rencana awal F-35A akan digunakan untuk mengganti F-4E terlebih dahulu sebelum mengisi skuadron tempur yang baru dibentuk. Sementara F-16 akan digantikan oleh TF-X.
Dengan F-35 tiba-tiba dikeluarkan dari radar, Turkiye telah mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak dari armada F-16. Ini termasuk program upgrade paruh baya serta rencana untuk membeli 40 jet F-16 Block 70/72 baru serta kit untuk meningkatkan 80 F-16C/D yang ada ke standar yang sama.
Lebih banyak F-16 akan memberikan jeda sampai TF-X dapat diterjunkan dalam jumlah banyak. Tetapi dengan hubungan yang masih tegang antara Ankara dan Washington, kesepakatan seperti itu sulit untuk berlanjut. Sekali lagi sepertinya masa depan Angkatan Udara Turki sangat bergantung pada kesuksesan TF-X.
Selain pertanyaan mesin, ada masalah seberapa terjangkau program TF-X nantinya. Mengembangkan pesawat tempur baru adalah pekerjaan besar dan sangat mahal. Terutama ketika sebuah negara memutuskan untuk melakukannya sendiri.
Mungkin saja Turkiye membutuhkan suntikan dana dari penjualan asing untuk menjaga program TF-X sesuai jadwal. Tetapi ada pesaing di luar sana. Tidak hanya F-35, tetapi opsi lain termasuk dari China dan Korea Selatan.
Saat ini, kebutuhan Turkiye akan jet tempur baru akan terus meningkat. Masih harus dilihat apakah program TF-X mampu memenuhi persyaratan itu. Terutama dengan timeline yang cukup ambisius.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 24 Nov 2022