Rabu, 16 November 2022 10:30 WIB
Penulis:Isman Wahyudi
Editor:Isman Wahyudi
WASHINGTON - Punya harta berlimpah menjadi impian bagi setiap orang. Dengan uang yang dimiliki, mereka dapat membeli benda yang diinginkan dan diwariskan ke anak cucu.
Sayangnya, hal demikian tak terlalu tepat di Amerika Serikat. Punya akumulasi harta kekayaan kisaran US$84 kuadriliun sebagian besar dari orang kaya di AS masih belum memiliki rencana terkait bagaimana mewariskan uang tersebut.
Padahal menurut perhitungan, seharusnya uang tersebut bisa diwariskan pada generasi berikutnya dalam 20 tahun mendatang.
Mengutip hasil survei Bank Swiss pada 4.500 investor yang memiliki kekayaan kisaran US$1 juta atau kisaran Rp15 miliar dari 14 wilayah di AS, 41% dari mereka belum memiliki rencana pasti terkait bagaimana membagi uang dan investasi mereka.
Mengutip CNBC Internasional Selasa, 15 November 2022, hal ini tetap berlangsung meski pandemi tengah berlangsung. Temuan penelitian mengatakan bahwa sebagian investor tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan transfer kekayaan yang mulus.
Meski demikian, ini bukan berarti jika Investor tak memikirkan alasan mengapa mereka enggan menurunkan kekayaannya pada ahli waris. Berdasarkan temuan, 76% dari partisipan berpikir akan ada masalah ketika mereka akan mengalihkan aset mereka.
Kemudian 71% lainnya berniat meminimalkan pajak atas warisan yang akan mereka tinggalkan. Sedangkan 70 persen lainnya mengkhawatirkan mengenai kebijakan penggunaan aset yang mereka tinggalkan oleh generasi selanjutnya.
Dalam laporan yang sama, 66% partisipan juga khawatir tentang aspek keadilan. Tidak semua dari mereka berencana untuk membagi kekayaan mereka secara merata.Sebab, para dermawan yang telah memutuskan untuk memihak beberapa ahli waris atas yang lain memiliki alasan yang jelas.
Ada kisaran 80% partisipan yang akan memberi lebih banyak harta kepada ahli waris yang memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka. Sedangkan, sisanya menyebutkan itu semua bergantung kepada kebutuhan keuangan ahli waris dan peran mereka dalam pengasuhan.
Alasan lainnya yang mendominasi, lebih dari separuh investor menganggap bahwa warisan bukanlah hal yang mendesak, 46 persen memilih untuk menghindari topik terkait uang dalam keluarga dan 49 persen khawatir membuat anak atau cucu mereka merasa berhak atas harta tersebut.
Di antara mereka calon pewaris kekayaan, sebagian memilih untuk menghindari pembicaraan tentang uang karena merasa tidak nyaman.
Presiden Divisi Manajemen Kekayaan Global UBS dan kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, Iqbal Khan mengatakan bahwa menghindari topik pembicaraan uang dengan ahli waris dapat menyebabkan masalah jangka panjang.
" Sejumlah orang kaya sangat menginginkan proses pewarisan berjalan lancar. Namun perencanaan pewarisan yang tidak memadai dapat memakan biaya dan dapat menyebabkan konflik keluarga yang tidak terselesaikan," komentarnya.
Penelitian tersebut mengungkapkan, sekitar 40 persen dari mereka yang mewarisi aset menyesal lantaran tidak membicarakan kekayaan dengan keluarga mereka sebelumnya.
Sepertiga dari mereka melaporkan terjadi konflik dengan saudara kandung atau anggota keluarga lainnya mengenai pembagian uang atau tentang pembagian properti.
Survei tersebut menemukan bahwa baik mereka yang memberi maupun yang mewarisi aset sangat ingin membuka percakapan dan membuat rencana yang lebih formal tentang perpindahan investasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 16 Nov 2022