peradilan
Kamis, 06 Januari 2022 15:09 WIB
Penulis:Rizal Nafkar
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto meminta labolatorium agar segera menyiapkan reagen pendeteksi virus Corona varian Omicron. Hal tersebut diminta untuk mendukung pembelajaran tatap muka (PTM) yang sudah 100 persen di Makassar.
"Kemarin kita coba minta rekomendasi apakah omicron dia bisa monitor karena reagen kita itu reagen yang sangat sensitif. itu dulu karena bagaimana kita mau tau (omicron) masuk kalau tidak ada deteksinya, ini kita perbaiki segera," kata Danny kepada wartawan, Kamis (6/1/2022).
Danny mengatakan, PTM 100 persen di kota Makassar sejak Desember 2021 sehingga perlu untuk dijaga konsistensinya.
"Kenapa kita berani 100 persen Desember karena kita memeriksa secara periodikal, 100 persen kita periksa pakai antigen, 100 persen kita evaluasi pakai GeNose, ini lagi kita mau GeNose sampai 200 ribuan siswa sehingga kami yakin persis bahwa PTM berlangsung aman dan lancar sesuai protokol yang ditetapkan," kata Danny.
Hanya saja, PTM 100 persen perlu diimbangi dengan reagen pendeteksi varian omicron. Bagaimana pun, varian ini perlu diwaspadai karena dapat menghambat PTM 100 persen.
"Nah omicron itu saya sudah perintahkan Lab kita untuk mengkonsultasikan kepada pabrik (soal reagen pendeteksi omicron)," tutur Danny.
Meski PTM 100 persen, sekolah-sekolah di Makassar membagi kelas belajar menjadi dua sesi. Alhasil para murid pada hakikatnya hanya belajar dengan kapasitas 50 persen.
"Teknis kami lakukan di sini kami punya ruangan sesuai dengan jumlah kelas sehingga anak kami bagi dua sesi," kata Burhanuddin, kepala sekolah dasar (SD) yang sekolahnya jadi percontohan PTM Makassar.
Burhanuddin mengatakan ada jeda 30 menit antara sesi pertama dan sesi kedua dalam PTM 100 persen di sekolahnya. Pada jeda waktu tersebut, orang tua yang anaknya ikut PTM sesi pertama akan datang menjemput.
"Hanya memang ada kendala bagaimana konsistensi orang tua mengingatkan anaknya membawa bekal, memakai masker dan konsistensi antar jemput waktu karena di sesi pagi dijemput ortunya tapi belum datang penjemputnya sehingga otomatis terpaksa (menunggu di sekolah) walaupun tak kontak fisik," kata Burhanuddin.