Peringatan Maulid Nabi, Ini 5 Tradisi Unik Masyarakat Indonesia

Rabu, 27 September 2023 08:30 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

Grebeg Maulid di Keraton Surakarta
Grebeg Maulid di Keraton Surakarta (surakarta.go.id)

MAKASARINSIGHT.com - Peringatan Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tiap tahunnya. Pada tahun 2023 ini, peringatan Maulid Nabi jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023. 

Dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, masyarakat memiliki beragam tradisi yang unik dan berbeda tiap daerahnya. Beikut berbagai tradisi tersebut dari berbagai sumber melalui tulisan berikut ini.

Sekatenan (Jogja dan Solo)

Kedua wilayah pecahan Kesultanan Mataran Islam ini memperingati Maulid Nabi dengan menggelar acara yang disebut sebagai Sekaten. Acara ini sudah tidak asing bagi masyarakat di kedua kawasan tersebut. 

Acara tersebut didahului dengan pembunyian pusaka gamelan di masing-masing Masjid Agung kedua wilayah tersebut selama tujuh hari berturut sejak tanggal 5 Rabiul Awal (Istilah jawa: mulud). 

Baca Juga: 

Biasanya di alun-alun kedua wilayah tersebut juga diselenggarakan acara pasar malam yang cukup meriah. Puncak dari sekaten yaitu Grebeg Maulud. Nama acara itu diambil dari kata “brebeg” yang artinya ramai atau bising. 

Itu berasal dari sorakan para penonton yang mengikuti acara tersebut.  Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta menggelar acara tersebut sebagai puncak dari acara perayaan Maulid. 

Grebeg Maulud identik dengan adanya gunungan. Terdapat dua buah gunungan yang masing-masing memiliki isi yang berbeda. Dalam puncak acara, gunungan akan diarak sebelum nantinya dibagikan kepada masyarakat yang telah menunggu. Hal itu sebagai simbol bantuan raja kepada rakyatnya serta memberikan simbol kemakmuran.

Endog-Endogan (Banyuwangi)

Berbeda daerah berbeda pula cara merayakan Maulid Nabi. Masyarakat daerah Banyuwangi memperingati hari tersebut dengan menggelar tradisi bernama Endog-Endogan. 

Tradisi ini konon telah ada sejak abad 20 lalu. Sebagaimana namanya, tradisi ini menggunakan endog atau telur sebagai alatnya. Telur akan dihias dan ditancapkan pada batang pohon pisang yang sama dihias.

Keduanya lantas diarak keliling kampung oleh warga dengan diiringi syair pujian dalam Kitab Al Barzanji yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun endog dan batang pisang akan diangkut menggunakan kendaraan seperti becak ataupun sebagainya.

Keresan (Mojokerto)

Tradisi menyambut Maulid Nabi di Mojokerto kerap disebut dengan Keresan. Tradisi ini menggunakan pohon keres sebagai salah satu medianya. Pohon keres tersebut dihias dengan berbagai macam barang seperti perabotan rumah tangga, buah, sayuran serta barang lainnya. Warga kemudian akan saling berebut perabotan tersebut setelah doa bersama usai digelar.

Nasi Suci Ulam Sari (Pacitan)

Masyarakat di kawasan Selatan Pulau Jawa ini memperingati Maulid Nabi dengan sebuah tradisi bernama Nasi Suci Ulam Sari. Tradisi ini dilakukan dengan menghidangkan nasi uduk dan ayam tukung. 

Nasi uduk tersebut memiliki aroma yang wangi dipadukan dengan ayam tukung yang direbus dan diletakkan di atas nasi tersebut. Menu ini menjadi sajian dalam bentuk tumpeng yang disajikan kala memperingati Maulid Nabi 12 Rabiul Awal.

Baca Juga: 

Rolasan (Kebumen)

Tradisi peringatan Maulid Nabi selanjutnya yaitu bernama Rolasan yang berasal dari daerah Kebumen. Rolasan dilakukan dengan tiap warga membawa beberapa makanan yang terdiri atas nasi yang dibentuk giling 2 buah, satu ekor ayam panggang utuh, opak (kerupuk dari singkong) dan 1 sisir pisang. Makanan tersebut nantinya akan diberikan kepada sesepuh desa ataupun dibawa pulang sebagai simbol dari sedekah. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Khafidz Abdulah Budianto pada 27 Sep 2023