Selasa, 13 April 2021 09:15 WIB
Penulis:Rizal Nafkar
Pemerintah Kota Makassar hingga saat ini masih menimbang dua opsi penggunaan teknologi terkait pengembangan fasilitas pembangkit listrik bertenaga sampah.
Yakni teknologi pembakaran insenerator atau teknologi pembakaran plasma. Untuk opsi insenerator sebenarnya menjadi teknologi pertama yang dijejaki melalui feasibilty study untuk diterapkan di Kota Makassar. Sementara teknologi plasma masih harus menunggu, apakah mampu bersaing atau tidak.
Kendati demikian, pemerintah kota telah mengisyaratkan adanya ketertarikan terhadap teknologi plasma.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar Imam Hud mengatakan dari hasil penjejakannya, teknologi insenerator cenderung akan memotong rantai siklus sampah yang semestinya terlebih dahulu melalui sistem bank sampah. Sebab, kebutuhan tonase yang tinggi.
“Insenerator itu seolah-olah menghilangkan peran dari pada pemilahan sampah dan bank sampah. Padahal harapannya dari itu dilihat efeknya dengan ini bisa memberikan penghasilan,” kata Iman, Selasa (13/4/2021).
Meski begitu, Imam mengatakan dirinya masih ingin melihat hasil dari visibility study keduanya, untuk dijadikan perbandingan.
Imam mengatakan asas manfaat dan keuangan daerah menjadi faktor penting dalam pemilihan nantinya. Pasalnya ada kesenjangan harga yang jauh, sehingga hal ini perlu dikaji mendalam.
Sementara itu Sekretaris Tim Percepatan PLTsa Kota Makassar Saharuddin Ridwan mengatakan teknologi apapun yang akan diterapkan nantinya tidak akan menjadi masalah.
Menurutnya, esensi dari penerapan tersebut adalah pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Hanya saja, pemerintah memiliki kriteria sendiri dengan beberapa penyesuaian termasuk dari sisi budget dan sistem yang digunakan.
“Apapun itu bisa, yang pertama itu tidak merusak lingkungan, yang kedua teknologi itu bisa selesaikan persoalan sampah,” katanya.
Soal kecenderungan minat dari pemerintah kota beberapa hal harus dipertimbangkan, seperti jenis sampah apakah kompetibel dengan teknologinya atau tidak.