Jeff Bezos 'Comeback'! Luncurkan Startup AI Project Prometheus $6,2 Juta

Selasa, 18 November 2025 10:08 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Redaksi

2936 (1).jpg
Jeff Bezos berdiri di depan logo Amazon, e-commerce raksasa Amerika Serikat. (Dok/Ist)

JAKARTA - Setelah beberapa tahun menikmati masa santai sebagai miliarder global dengan penampilan yang identik dengan gaya hidup mewah dan megayacht, Pendiri Amazon, Jeff Bezos, kini membuat plot twist mengejutkan. Bezos resmi kembali ke peran operasional, memimpin sebuah startup AI ambisius yang jauh lebih fokus pada 'pekerjaan industri yang berat' alih-alih aplikasi konsumen.

Startup baru tersebut bernama Project Prometheus, sebuah perusahaan yang masih semi-stealth (stealth) namun telah mengumpulkan pendanaan fantastis sebesar $6,2 Miliar (sekitar Rp 101,8 triliun, kurs Rp 16.425/USD), sebagian besar dari Bezos sendiri.

Menurut laporan dari The New York Times, Project Prometheus menandai peran operasional formal pertama Bezos sejak ia mundur dari Amazon pada tahun 2021. Ia kini menjabat sebagai co-chief executive (Co-CEO) untuk perusahaan yang bertujuan menyasar jantung rekayasa dan manufaktur perekonomian global.

Pendanaan $6,2 miliar ini secara instan menempatkan Project Prometheus sebagai salah satu startup AI tahap awal dengan modal terbesar di dunia, menunjukkan bahwa ini adalah taruhan serius, bukan sekadar proyek iseng (vanity project).

Bezos tidak bergerak sendirian. Ia akan berbagi jabatan puncak dengan Vik Bajaj, seorang fisikawan dan kimiawan berpengalaman yang sebelumnya bekerja di lab moonshot Google, X, dan di Verily, spin-out teknologi kesehatan Alphabet.

Bukan Pesaing ChatGPT: AI untuk Industri Berat

Yang membedakan Project Prometheus dari mayoritas startup AI yang berfokus pada chatbot atau aplikasi konsumen, adalah mandatnya yang lebih sempit dan konkret.

Perusahaan ini sama sekali tidak tertarik mengejar pasar chatbot AI yang kini ramai. Sebaliknya, Project Prometheus bertujuan menerapkan Kecerdasan Buatan (AI) secara mendalam pada sistem manufaktur, rekayasa, dan hardware—mulai dari komputer, mobil, hingga pesawat ruang angkasa.

Intinya, Bezos bertaruh bahwa keunggulan berikutnya dalam AI akan datang dari kepemilikan tool yang membentuk cara sesuatu dibangun, bukan hanya cara pertanyaan dijawab.

Untuk mencapai ambisi ini, Project Prometheus telah merekrut sekitar 100 karyawan, merekrut peneliti dan insinyur terbaik dari raksasa AI seperti OpenAI, DeepMind, dan grup AI Meta, menandakan perusahaan ini dibangun untuk skala besar, bukan sekadar eksperimen.

Tren Big Tech Menjadi Big Energy

Keputusan Bezos mendirikan Project Prometheus selaras dengan pergeseran besar dalam industri teknologi di mana Big Tech kini semakin menjadi Big Energy.

Seiring dengan akselerasi boom AI, hambatan utama telah bergeser dari algoritma perangkat lunak ke kendala fisik yang sulit diatasi, seperti chip, manufaktur, rantai pasokan, dan terutama, energi.

Hyperscaler kini berebut kapasitas jaringan listrik dan menandatangani perjanjian daya jangka panjang. AI industri menjadi titik temu antara ambisi perangkat lunak dengan kendala fisik. Project Prometheus menempatkan dirinya tepat di tengah tren ini, memposisikan diri sebagai 'lapisan otak' (brain-layer) yang akan mengendalikan mesin dan jalur manufaktur yang sangat dibutuhkan semua pihak.

Proyek ini menjadi momen di mana Jeff Bezos berhenti hanya sebagai investor (seperti pada startup Perplexity atau Figure AI) dan kembali menandatangani dokumen operasional. Meskipun peta jalan produk, pelanggan, dan jadwal waktu masih dirahasiakan, besarnya modal, peran langsung Bezos di tingkat dewan, dan talenta yang direkrut memberikan satu pesan yang jelas: Ini adalah taruhan transformatif.

Jika Project Prometheus berhasil memenuhi janji namanya, Jeff Bezos tidak hanya kembali ke arena bisnis, tetapi ia berupaya untuk menyerahkan 'api' baru kepada industri global.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh trenasia pada 18 Nov 2025